Minggu lalu kami mengadakan pemotretan Nyai. Meski masih tergolong usaha rumahan, kami bertekad untuk perlahan menyajikan yang terbaik secara visual. Meski masih taraf KKN sih. Menggunakan jasa suami sebagai tukang foto (biar gratis, sehingga HPP gak bertambah dengan variable lain), meminjam rumah Ua terdekat saya, yang kebetulan konsep rumahnya pas betul jika dikawinkan dengan produk Nyai. Pokonya ingin ada benang merah antara konsep dan nafas produk Nyai, dengan biaya seminimal mungkin (bahasa halus gratisan #plaaak).
Ya pelan-pelan kami ingin menyajikan visual communication yang enak dilihat mata. Bukan apa-apa, itu akan berhubungan dengan how we present our brand kan? Meski saya akui, kami masih belum konsisten. Kadang ada beberapa foto tas pesanan orang yang lupa kami foto, atau kami foto seadanya dengan smartphone atau tab. Tapi sungguh, kami berusaha terus memperbaiki sistem kerja, produksi, mematuhi jadwal yang sudah disepakati, sehinggga semua lini dari hulu dan hilir bisa terus in sync. Tentu saja semua bermuara kepada kepuasan konsumen kan? Saya percaya, ketidak puasan konsumen akan membuat ‘kerja setahun sia-sia dalam satu hari’. Jadi Nyai masih banyak belajar. Sangat dan amat banyak, bahkan dari konsumen yang mengajukan keluhan.
Singkatnya, mulai bulan ini kami sepakat punya jadwal pemotretan. Karena core marketing strategy kita kan online. Jadi it’s all about visual. It’s part of our brand identity juga, meski skalanya sederhana. So, harus serius dong. Apa ada korelasinya sama penjualan Nyai? Alhamdulilah ada. Kan namanya usaha. We’ll get there someday. Kalau hasilnya mau maksimal, usahanya juga harus maksimal dong. Gak boleh ada yang disepelekan, meski dengan kekurangan sana-sini. Yang penting sih optimis aja. Yakin.
Pemotretan kali ini lumayan capek. Hihihi 😀 😀 . Leklok lah pokonya. Kita harus ambil seluruh tas sample ke workshop di Depok (catatan: rumah kita di BSD, lokasi pemotretan di Cipete. Yeuuuk). Sehari sebelumnya, ada perubahan yang membuat kita harus ambil tas last minute. Padahal hari itu supir libur, saya juga jadi moderator setengah hari. Untuuung ada mantan pacar yang baik hati, cancel janji ketemu orang untuk ambil tas. Langsung aja bagasi belakang mobil penuh sama tas segambreng itu. Bahkan bagasi pun gak muat, sampai sebagian tas harus ditaro di tengah mobil. Besoknya pagi-pagi kita berangkat, Shira ikut karena mbak squad dikerahkan-diboyong pemotretan. Supaya ikut bantuin, karena masa ngerepotin pembantu saudara yang udah baik hati meminjamkan rumah untuk lokasi foto.
Saat seluruh tas diturunkan, tas dikelompokkan berdasarkan jenis dan model tas. Keluarin dari dust bag. Satu-satu tas diisi sumpelan koran (satu tumpukan tinggi koran pun jadi penyelamat). Aslik…., lumayan chaos .
Teras depan rumah saudara sampai berantakan, kepala sampai pening lihat tas dan tumpukan sumpelan koran sebanyak itu (So far, ini pemotretan dengan tas terbanyak. Kebayang kalau next batch lebih banyak lagi. Ampun dijeee. Hahahahhaah). Sibuk cari spot yang bagus untuk setiap jenis tas, diskusi sama mantan pacar, diimbuhi debat dikit-dikit. Hihihihi. Yang ada saya bolak-balik, kesana kemari, angkut tas, susun tas, atur posisi, mikirin background. Mbak squad sampai bilang “ngeliat Ibu kayak gasing mondar-mandir ke depan ke belakang”. Hahahahhaha. Untung memang mbak squad dibawa, karena kita juga pakai geser-geser furniture, angkut meja ke halaman, cari ganjelan supaya tas bisa dalam posisi berdiri, cari pernak-pernik yang pas, endebra endebre.
Trus namanya fotografer gratisan dong ya, servis asisten merangkap penata gaya (halah), harus maksimal. Walhasil dimari’ sibuk bolak balik bikinin ‘es teh manis gelas besar esnya yang buanyaak’. Gak enak soalnya, masa mbak squad sudara yang harus buatkan request spesial si mantan pacar. Tapi. sumpah hari itu memang panas abis sih. Mantan pacar sampai seperti habis lari marathon. Keringetan. Karena motretnya sampai naik-naik, jongkok, tiduran di rumput (loh ini motret apa maen bola sih ya?).
Akhirnya sore pemotretan selesai. Udahnya kita berdua blek, tidur di rumah sodara, sampai Magrib. Kecapean.Faktor uzur juga sepertinya. Saking errornya, saya sampai lupa pakai sepatu. Sampai rumah, sepupu BBM, bilang sepatu saya ketinggalan. Saya cuma bilang “Masa sih?”. Ternyata iya, flat shoes kesayangan ketinggalan. Sampai hari ini masih jadi misteri, masa iya saya naik dan turun mobil nyeker tanpa sepatu. Bodooh *tepokjidat*
Tapi bagaimanapun, perasaan hati saya puas. Kreatifitas dan ide hari itu tersalurkan. Kolaborasi hari itu sama mantan pacar sungguh menyenangkan. I think we are a great team, despite the silly debates on that day. I know I can always count on him, no matter what.
Selesai? Belum buat saya. Besoknya mata saya sampai jereng ngeliatin ratusan frame foto, cari foto terbaik versi saya, trus diedit. Makanya upload foto ke blog dan Facebook gak bisa satu hari, dicicil booo. Bahkan sampai hari ini saya belum selesai bikin katalog baru (nyicil…nyicilll…). Karena the last batch of our bags baru kelar upload pagi tadi. Hehehhehe
Ya, harapan saya sih, semoga usaha ini gak sia-sia. Saya yakin sih, sekecil apapun usaha pasti akan memberi hasil. Now or later. Toh brand image itu gak bisa dibentuk sehari-dua hari kan? Perlu konsistensi terus dari sisi kita. Semoga semangat terus menyala. Persepsi di benak konsumen melalui brand image, harus dipupuk dari sekarang. Bisnis online kan kepercayaan. Konsumen gak liat barang dan bisa sentuh barang yang kita jual. Online business disamping memudahkan pengusaha modal terbatas kayak saya melalui internet dan social media , tapi juga kalau gak hati-hati bisa jadi alat menggali kubur Nyai. Pelanggan komplain di social media, misalnya, lantas dibaca banyak orang. Persepsi yang dibentuk susah payah, bisa habis semudah menjentikkan jari karena kita gak jaga kualitas dan layanan. Haduh jangan sampe ah…
Konsumen percaya barang kita baik, melalui tampilan visual yang juga baik di internet (salah satunya). Jadi inilah salah satu upaya kami, menyajikan Nyai Indonesia secara baik. Semoga vibrasinya bisa diterima dengan baik juga sama konsumen. Semoga kita juga konsisten untuk terus memberi yang terbaik, gak cuma produk dan tampilan yang baik, tapi juga kualitas dan after service yang baik dan meminimalisasi complaint pelanggan. (Mampir yuk ke blog Nyai . Jangan lupa beli yaaa *teteuup* #jadiIIS alias Inang-Inang Senen. Yeuuk)
Carpe diem. Carpe noctem.